OLEH:
Nama : Cyecilia Pical
NIM : 2009 – 63 – 028
Prodi : MSP
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2010
Salinitas
● Pengertian Salinitas
Salinitas juga dapat mengacu pada kandungan garam dalam tanah.
● Faktor-Faktor yang mempengaruhi Salinitas
Adapun faktor-faktor yang mampu mempengaruhi salinitas adalah sebagai berikut :
1. Penguapan (Evaporasi), makin besar tingkat penguapan air laut di suatu wilayah, maka salinitasnya tinggi dan sebaliknya pada daerah yang rendah tingkat penguapan air lautnya, maka daerah itu rendah kadar garamnya.
2. Curah hujan (Presipitasi), makin besar/banyak curah hujan di suatu wilayah laut maka salinitas air laut itu akan rendah dan sebaliknya makin sedikit/kecil curah hujan yang turun salinitas akan tinggi.
3. Run off (aliran sungai)
Banyak sedikitnya sungai yang bermuara di laut tersebut, makin banyak sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitas laut tersebut akan rendah, dan sebaliknya makin sedikit sungai yang bermuara ke laut tersebut maka salinitasnya akan tinggi.
4. Angin
5. Sungai
6. Arus
7. Upwelling
Upwelling adalah penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang vertikal permukaan.
● Pola Sebaran Salinitas di Daerah Estuaria dan di Daerah Pantai
a. Pola sebaran salinitas di daerah Estuaria
Daerah Estuaria adalah daerah pesisir yang mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka dan menerima masukan air tawar dari daratan seperti melalui sungai.
Perairan estuaria atau daerah sekitar kuala dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang relatif lebih ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air sangat menentukan.
Ada Tiga jenis struktur salinitas di daerah estuaria, antara lain:
A. dengan stratifikasi kuat;
Pertama adalah perairan dengan stratifikasi salinitas yang sangat kuat, terjadi di mana air tawar merupakan lapisan yang tipis di permukaan sedangkan di bawahnya terdapat air laut. Ini bisa ditemukan di depan muara sungai yang alirannya kuat sedangkan pengaruh pasang-surut kecil. Nelayan atau pelaut di pantai Sumatra yang dalam keadaan darurat kehabisan air tawar kadang-kadang masih dapat menyiduk air tawar di lapisan tipis teratas dengan menggunakan piring, bila berada di depan muara sungai besar.
B. dengan stratifiksi sedang;
Perairan dengan stratifikasi sedang Ini terjadi karena adanya gerak pasang-surut yang menyebabkan terjadinya pengadukan pada kolom air hingga terjadi pertukaran air secara vertikal. Di permukaan, air cenderung mengalir keluar sedangkan air laut merayap masuk dari bawah. Antara keduanya terjadi percampuran. Akibatnya garis isohalin (=garis yang menghubungkan salinitas yang sama) mempunyai arah yang condong ke luar. Keadaan semacam ini juaga bisa dijumpai di beberapa perairan estuaria di Sumatra.
C. dengan pencampuran vertikal.
Kombinasi pengaruh air laut dan air tawar akan menghasilkan suatu komunitas yang khas, dengan lingkungan yang bervariasi, antara lain:
(1) Tempat bertemunya arus air tawar dengan arus pasang-surut, yang berlawanan menyebabkan suatu pengaruh yang kuat pada sedimentasi, pencampuran air, dan ciri-ciri fisika lainnya, serta membawa pengaruh besar pada biotanya.
(2) Pencampuran kedua macam air tersebut menghasilkan suatu sifat fisika lingkungan khusus yang tidak sama dengan sifat air sungai maupun sifat air laut.
(3) Perubahan yang terjadi akibat adanya pasang-surut mengharuskan komunitas mengadakan penyesuaian secara fisiologis dengan lingkungan sekelilingnya.
(4) Tingkat kadar garam di daerah estuaria tergantung pada pasang-surut air laut, banyaknya aliran air tawar dan arus-arus lainnya, serta topografi daerah estuaria tersebut.
● Pola sebaran Salinitas di Perairan Indonesia secara musiman
Di perairan Indonesia yang termasuk iklim tropis, salinitas meningkat dari arah barat ke timur dengan kisaran antara 30-35 o/oo. Air samudera yang memiliki salinitas lebih dari 34 o/oo ditemukan di Laut Banda dan Laut Arafuru yang diduga berasal dari Samudera Pasifik (Wyrtki,1961).
Pola distribusi vertikal menurut Ross (1970) dalam Rosmawati (2004), sebaran menegak salinitas dibagi menjadi 3 lapisan yaitu lapisan tercampur dengan ketebalan antara 50-100 m dimana salinitas hampir homogen , lapisan haloklin yaitu lapisan dengan perubahan sangat besar dengan bertambahnya kedalaman 600-1000 m dimana lapisan tersebut dengan tegas memberikan nilai salinitas minimum. Adapun sebaran horizontal salinitas di lautan diketahui bahwa semakin ke arah lintang tinggi maka salinitas akan semakin tinggi. Dengan kata lain salinitas lautan tropis lebih rendah dibanding dengan salinitas di lautan subtropis. Dalam pola distribusi secara horizontal, daerah yang memiliki salinitas tertinggi berada pada daerah lintang 30oLU dan 30oLS, kemudian menurun ke arah lintang tinggi dan daerah khatulistiwa. hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Presipitasi di daerah tropis jauh lebih tinggi, sehingga terjadi pengenceran oleh air hujan.
2. Semakin bertambahnya lintang, maka suhu akan semakin turun akibat perbedaan penyinaran sinar matahari. Ketika terjadi pendinginan hingga membentuk es, maka serta merta es itu akan melepaskan partikel garam (es akan tetap tawar). Sehingga akumulasi senyawa garam akan banyak terbentuk di lintang tinggi.
Selain perbedaan lintang, salinitas suatu wilayah perairan bergantung pada topografi daerah tersebut. Hal tersebut terkait dengan ada tidaknya limpasan air tawar yang berasal dari sungai menuju muara. Akibatnya adanya limpasan (run off) maka akan terjadi pengadukan yang berdampak pada pengenceran
DAFTAR PUSTAKA
http://oseanografi.blogspot.com/200/07/salinitas-air-laut.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar