Kamis, 26 April 2012

Sumberdaya Rajungan Di Indonesia


Sumberdaya Rajungan Di Indonesia
 oleh: 
CYECILIA PICAL
2009 - 63 - 028
MSP
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN 
UNPATTI-AMBON

A.   Jenis-Jenis Rajungan Di Indonesia

     
Rajungan pada umumnya  memiliki bentuk tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan memiliki berbagai warna yang menarik pada karapasnya. Duri akhir pada kedua sisi karapas relatif lebih panjang dan lebih runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut dan tidak dapat hidup pada kondisi tanpa air. Dengan melihat warna dari karapas dan jumlah duri pada karapasnya, maka dengan mudah dapat dibedakan dengan kepiting bakau (Kasry, 1996).

                     Di Indonesia terdapat kurang lebih 11 jenis rajungan antara lain :
      1.   Portunus pelagicus,                           7.   Podophthalmus vigil,
      2.   P. sanguinolentus,                             8.   P. sanguinus,
      3.   Thalamita crenata,                            9.   P. trituberculatus,
      4.   Thalamita danae,                              10. P. gladiator,
      5.   Charybdis cruciata,                           11. P. hastatoides.
      6.   Charibdis natator,

                     Rajungan yang paling banyak ditemukan di Indonesia adalah Portunus pelagicus. P. pelagicus termasuk rujangan yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi di Indonesia.

selengkapnya DOWNLOAD : Jenis Rajungan ekonomis penting, penyebaran rajungan di Indonesia, Habitat Rajungan, Potensi Rajungan di Indonesia, Manfaat Rajungan, dan Teknologi pemanfaatan Rajungan.

Jumat, 13 April 2012

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN


LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERAIRAN
“Kondisi Lingkungan Biofisik Perairan Estuari Desa Poka”


DISUSUN OLEH :

KELOMPOK F1
(PRODI: MSP)
CYECILIA PICAL (2009 – 63 – 028)
RAHMAWATI (2009 – 63 – 0  )
VINI LANITH (2009 – 63 – 001)
DEVI MALAWAT (2006 – 63 – 012)
SANI YATI LESSY (2009 – 63 – 037)
MICHAEL MAHULETE (2009 – 63 – 035)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011





I.  PENDAHULAUN
1.1      Latar Belakang
                    Ekologi perairan merupakan suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang biofisik perairan. Melalui ekologi periran kita dapat mengetahui interaksi lingkungan yang terjadi di perairan baik fisik, kimia, biologis, maupun interaksi antar komponen biofisik dari perairan dimaksud. Ekologi perairan memberikan gambaran tentang berbagai komunitas maupun ekosistem  perairan yang biasanya kita temui. Secara umum, terdapat tiga ekosistem besar pada laut antara lain Ekosistem Mangrove, Ekosistem Padang Lamun, dan Ekosistem Terumbu Karang. Pada ketiga ekosistem ini hidup berbagai organisme yang saling ketergantungan satu dengan lainnya membentuk suatu mata rantai ekologis.
                    Rasanya memahami ekologi perairan secara teoritis saja belum cukup. Untuk itu, perlu dilakukannya praktikum yang dapat memberikan kesempatan langsung untuk mempelajari setiap interaksi organisme pada ekosistem dimana organisme tersebut berada. Praktikum juga merupakan suatu jenis variasi belajar yang dipandang lebih efektif karena adanya interaksi langsung dengan media yang dipelajari.

1.2      Tujuan dan Manfaat Praktikum
                Adapun tujuan dan manfaat  dari pelaksanaan praktikum Ekologi Perairan sebagai berikut:
            1.    Dapat mengetahui kondisi fisik-kimia perairan Desa Poka
            2.    Dapat mengetahui kondisi lingkungan biologi di Perairan Desa Poka melalui:
                    a.  Komposisi jenis biota
                    b.  Distribusi jenis biota
                    c.   Kepadatan, kelimpahan, serta frekuensi kehadiran tiap spesies.
            3.    Dapat mengenal  penggunaan beberapa teknik dan metode pengukuran, pengambilan data dan informasi, serta metode analisisnya sesuai peralatan yang tersedia, baik untuk lapangan mapun laboratorium
II.  METODE PRAKTIKUM

Praktikum Ekologi Perairan dilakukan pada:
Hari/Tanggal         :       Sabtu, 11 Juni 2011
Waktu                     :       Pukul 14.05 – 15.35 WIT
Lokasi                      :       Desa Poka

2.1      Kondisi Lingkungan Fisik-Kimia
            Tabel 1. Parameter fisik-kimia perairan
No.
Parameter
Sampling I
(TrF1/Kw1)
Sampling II
(TrF1/Kw5)
Sampling III
(TrF1/Kw9)
1.
Temperatur udara (0C)
26
26
26
2.
Temperatur air (0C)
28
28
28
3.
Salinitas (0/00)
8
11
13
4.
pH air
8
8
8
5.
Kondisi Cuaca
Hujan
Hujan
Hujan
6.
Kondisi substrat perairan
Keruh
Keruh
Keruh

2.2      Alat dan Bahan
            a.  Alat            :  -                                                              Refraktometer        -              Frame
                                      -  Termometer batang                       -  Ayakan
                                      -  Kertas lakmus                                    -  Trovol
                                      -  Meteran roll

            b.  Bahan     :   -  Kantung plastik (1 kg dan 5 kg)
                                        -  Spidol parmanen
                                        -  Karet gelang
                                        -  Tali
                                        -  Tissue
                                        -  Formalin 10%
                                        -  Alkohol 70%

Selengkapnya dapat didownload pada link berikut: Laporan Praktikum Ekologi Perairan-Kondisi Lingkungan Biofisik Perairan Estuari Desa Poka



DAFTAR PUSTAKA
Dr.Dietriech G. Bengen, DEA.2001.Pedoman Teknis Pengenalan Dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.PKSPL-IPB:Bogor
http://delta-intkey.com/britmo/www/neritida.htm (Selasa, 14 Juni 2011;Pukul 22.37)
http://efendikonservasi.blogspot.com/ (Selasa, 14 Juni 2011;Pukul 22.15)
Ronald.C.Philips,Ernani G.Menes.1998.Seagrasses.Smithsonian Institution Press:Washington.D.C

Gugus Pulau di Maluku


GUGUS PULAU DI MALUKU
oleh: Cyecilia Pical (2009-63-028)
MSP-FPIK-UNPATTI AMBON 2012

                Provinsi Maluku merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki pulau kurang lebi sebanyak 1.412 pulau (BAPEDA MALUKU, 2007). Pulau-pulau ini terdiri dari pulau-pulau besar maupun pulau kecil. Luas wilayah provinsi Maluku adalah 712.480 Km2 yang terdiri dari 92.4% lautan dan 7.6% daratan. Daerah laut yang luas inilah yang memisahkan ribuan pulau-pulau yang ada di Maluku. Dengan mempertimbangkan kondisi geografis Provinsi Maluku dimana terdapat banyak pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya, maka dibuatlah konsep gugus pulau sehingga pembangunan dapat lebih terarah. Gugus Pulau adalah sekumpulan pulau-pulau yang secara geografis saling berdekatan, dimana ada keterkaitan erat dan memiliki ketergantungan/interaksi antar ekosistem, kondisi ekonomi, sosial dan budaya, baik secara individual maupun secara berkelompok. Berdasarkan definisi ini, maka dibentuk gugus-gugus pulau di Maluku dimana dengan mempertimbangkan karakteristik setiap pulau terlebih dahulu. Konsep gugus pulau yang dibangun bertujuan agar laut yang luas akan menjadi penyatu terhadap hamparan pulau-pulau yang terpisah satu dengan yang lainnya.
                Konsep gugus pulau di Provinsi Maluku telah mengalami perubahan selama 2 kali. Awalnya berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Maluku tahun 2003-2008 hanya terdapat 6 gugus pulau, tetapi dengan perkembangan waktu maka tuntutan pembangunan juga meningkat sehingga terjadi pengembangan gugus pulau menjadi 12 gugus pulau yang dipertimbangkan berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku tahun 2007-2027. Pembangunan Daerah Maluku sebagai Provinsi Kepulauan, akan dikembangkan melalui pendekatan pembangunan berbasis Gugus Pulau dan Kawasan Laut Pulau. Berdasarkan BAPEDA Maluku, 2007, Provinsi Maluku  dikelompokkan atas 12 Gugus Pulau yang didasarkan pada beberapa kriteria sebagai berikut:
-    Kedekatan geografis,
-    Kesamaan budaya
-    Potensi sumberdaya alam
-    Kesamaan perekonomian, dan
-    Orientasi ekonomi. 
Masing-masing Gugus Pulau ini diharapkan dapat  menjadi wilayah yang mandiri, yaitu mampu memenuhi kebutuhan wilayahnya  dan  mengembangkan potensinya secara berkelanjutan. Pada setiap gugus pulau telah ditetapkan pusat pertumbuhan gugus pulau, yang pengembangannya diharapkan mampu mendorong wilayah sekitar atau wilayah belakang di dalam gugus pulau. Perubahan jumlah gugus pulau berdasarkan kajian melalui RTRW Provinsi Maluku tahun 2007-2027 diharapkan dapat menjamin adanya keterjangkauan (accessibility); ketersediaan (availability); kepastian (acceptability); dan berkelanjutan (sustainablity) penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pelayanan masyarakat. Perubahan ini dilakukan lebih spesifik dengan mempertimbangkan Renstra sebelumnya yang menetapkan 6 gugus pulau dengan cakupan geografis yang terlalu luas sehingga aksesibiltas masyarakat tidak berjalan dengan baik.
                Tujuan disusunnya konsep gugus pulau adalah memudahkan hubungan antar pulau sebagai konsekuensi dari adanya penyebaran pulau-pulau dalam wilayah Provinsi Maluku. Sehingga semua lapisan masyarakat pada pulau-pulau tersebut akan mendapatkan pelayanan fasilitas sosial-ekonomi yang memadai sesuai proporsinya. Di samping  memudahkan sektor-sektor melaksanakan program-programnya, serta tercapai keterkaitan fungsional yang dapat mendorong peningkatan kualitas dan kemampuan wilayah (BAPEDA MALUKU,2007).
                Provinsi Maluku yang merupakan kepulauan dengan kondisi laut dalam mengakibatkan terbatasnya hubungan antar satu pulau dengan pulau lain dan antar satu kabupaten dengan kabupaten lain. Oleh karena itu untuk memudahkan koordinasi, pengelompokkan pulau-pulau yang berdekatan dan saling berkaitan erat dilakukan sebagai upaya memudahkan hubungan dan pengawasan serta pelaksanaan program kegiatan (BAPEDA MALUKU, 2007)

Peta Gugus Pulau Maluku berdarakan Rencana Strategi Maluku Tahun 2003-2008
Peta Gugus Pulau di Maluku berdasarkan RTRW tahun 2007-2027 

Tabel Pengembangan Wilayah Gugus Pulau Provinsi Maluku
Gugus Pulau Provinsi Maluku
RENSTRA 2003-2008
RENSTRA 2008-2013 (RTRW 2007-2027)
1.  Gugus Pulau I meliputi:
      Pulau Buru, Seram, Ambon, Haruku, Saparua, Geser, Gorom, Manowoko, Banda, Teon, Nila & Serua.
1.    Gugus Pulau I meliputi:
       Pulau Buru
2.  Gusus Pulau II meliputi:
Kep. Kei dan Kasui
2.    Gugus Pulau II meliputi:
       Seram Barat
3.   Gugus Pulau III meliputi :
      Kepulauan Aru
3.    Gugus Pulau III meliputi:
       Seram Utara
4.  Gusus Pulau IV meliputi:
Kepulauan Tanimbar (P.Yamdena, Larat, Waliaru, Selaru, Selu, Sera & Molu)
4.    Gugus Pulau IV meliputi:
       Seram Timur
5.  Gugus Pulau V meliputi:
Kep. Babar dan P. Sermata
5.    Gugus Pulau V meliputi:
       Seram Selatan
6.  Gusus Pulau VI meliputi:
P.Damar, Romang, Leti, Moa, Lakor, Kisar dan Wetar
6.    Gugus Pulau VI meliputi:
       Kepuluan Banda dan TNS

7.    Gugus Pulau VII meliputi:
       Pulau Ambon dan Pulau-Pulau Lease

8.    Gugus Pulau VIII meliputi:
       Kepulauan Kei

9.    Gugus Pulau IX meliputi:
       Kepulauan Aru

10. Gugus Pulau X meliputi:
       Kepulauan Tanimbar
         
11. Gugus Pulau XI meliputi:
       Kepulauan Babar

12. Gugus Pulau XII meliputi:
       Kepulauan Pulau-Pulau Terselatan dan Wetar

Data selengkapnya dapat didownload pada link ~> READ MORE IN HERE . . .

REFERENSI
BAPPEDA MALUKU.2007.Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Maluku 2007 – 2027.PEM PROV MALUKU:Ambon
Haryanto Tulak, M. Yamin Jinca dan M. Alham Djabbar.2010.Analisis Bangkitan Perjalanan Gugus Pulau Sebagai Bagian Demand untuk Pengembangan Jaringan. Universitas Hasanuddin: Makassar (Diakses dari pasca.unhas.ac.id/jurnal/.../c9974c2d3dcc72130344acb5efb50e7c.pd... pada Rabu, 11/04/2012; Pukul 23.22 WIT)
http://www.burukab.go.id/(Diakses Rabu, 11/04/2012; Pukul 20.21 WIT)
http://www.serambagiantimurkab.go.id/?v=pr&id=75(Diakses Rabu, 11/04/2012; Pukul 23.22 WIT)
http://www.malukutenggarakab.go.id/ (Diakses Rabu, 11/04/2012; Pukul 20.27 WIT)
Susanto,Andriko., M.Sirapa.2007.Karakteristik dan Ketersediaan Data Sumberdaya Lahan Pulau-Pulau Kecil untuk Perencanaan Pembangunan Pertanian di Maluku.BPTP Maluku:Ambon (Diakses dari pustaka.litbang.deptan.go.id/publikasi/p3262071.pdf, Kamis, 12/04/2012; Pukul 20.19 WIT)

Minggu, 08 April 2012

Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air-Perubahan Fisik Ikan Akibat Pengaruh Suhu dan Salinitas Pada Ikan Kerapu


“Perubahan Fisik Ikan Akibat Pengaruh Suhu dan Salinitas Pada Ikan Kerapu”
DISUSUN OLEH :
CYECILIA PICAL (2009 – 63 – 028)
STEFANI TERYA SALHUTERU (2009 – 63 – 050)
RINGGI Q. BUGIS (2009 – 63 – 052)
DEVI R. MALAWAT (2006 – 63 – 012)
PROTASIUS SORMUDI
PROGRAM STUDI : MSP


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011


I. PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
             Melalui matakuliah Fisiologi Hewan Air, kita dapat mempelajari berbagai perubahan fisiologis hewan air terhadap perubahan lingkungan. Perubahan fisioolgis ini tentunya dapat diamati melalui perubahan tingkah laku organisme terhadap perubahan parameter fisik, kimia, maupun biologis dari suatu lingkungan. Parameter fisik yang dapat diamati pada lingkungan perairan antara lain jumlah padatan, kekeruhan, salinitas, suhu, warna, dan bau. Parameter kimia antara lain nilai pH, keasaman, DO, BOD, COD, dan bahan pencemar. Sedangkan parameter biologis perhubungan langsung dengan interaksi organisme dengan makhluk hidup lainnya.
             Tentunya dalam mempelajari suatu perubahan tingkah laku fisiologis organisme, tidaklah cukup melalui teori saja. Praktikum merupakan suatu cara pembelajaran yang sangat efektif dimana melalui pengamatan langsung, setiap teori dapat diaplikasikan sehingga mahasiswa mampu menganalisis setiap teori yang telah diperoleh dengan kondisi sebenarnya saat pengamatan.
1.2   Tujuan
                   Adapun tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat mengamati secara langsung perubahan-peruabahan fisik yang terjadi pada ikan kerapu sebagai objek pengamatan serta menganalisa hasil percobaannya
II.  METODE PRAKTIKUM
2.1   Waktu dan Lokasi Praktikum
                        Praktikum matakuliah Fisiologi Hewan Air dilaksanakan pada hari Jumat, 01 Juli 2011 di laboratorium Program Studi MSP, FPIK-UNPATTI Poka.
2.2   Alat dan Bahan
        Alat :
          - Aquarium
          - Selang Aerasi
          - Thermostat
          - Pemberat
          - Mistar
          - Timbangan
          - Thermometer air
          - Refraktometer
          - Gelas Ukur 250 ml
          - Gayung dan ember
          - Tissue
          - Stop watch
        Bahan :
          - Air Laut
          - Air Tawar
          - Bongkohan Es
          - Ikan Kerapu 4 ekor

2.3   Prosedur Kerja
      Percobaan I : Untuk Perlakuan Suhu (Dinaikkan dan Diturunkan)
      1.  Air Laut dimasukkan ke dalam aquarium sebanyak  bagian.
      2. Ukur suhu awal percobaan pada aquarium dengan menggunakan thermometer.
      3. Ikankerapu 2 ekor dimasukkan ke dalam aquarium.
      4. Berikan sirkulasi udara dengan menggunakan aerator.
      5. Naikkan suhu air perlahan-lahan dengan thermostat sedangkan untuk menurunkan suhu digunakan bongkahan es.
      6. Amati dan catatlah peristiwa yang terjadi selang 5 menit, antara lain :
            Kecepatan pembukaan operculum
            Kecepatan berenang
            Ikan berkelompok atau menyebar
            Ikan berada di permukaan atau di dasar aquarium
      7. Percobaan dihentikan apabila ikan sudah berada pada kondisi stress.

      Percobaan 2 : Untuk Perlakuan Salinitas yang diturunkan
      1.  Air Laut dimasukkan ke dalam aquarium sebanyak  bagian.
      2. Ukur suhu awal percobaan pada aquarium dengan menggunakan thermometer.
      3. Ikan kerapu 2 ekor dimasukkan ke dalam aquarium.
      4. Ukur salinitas diawal percobaan dengan menggunakan refraktometer.
      5. Lakukan penurunan salinitas setiap lima menit (25‰, 20‰, 15‰, 10‰, dan 5‰) dengan menambahkan air tawar sesuai dengan rumusan yang ada.
      6. Catat semua perubahan yang terjadi pada ikan di dalam aquarium

ikan kerapu
Mengukur suhu air - ikan kerapu

Pernapasan Echinoderma - asteroidea, ophiuroidea, echinoidea, crinoidea, holothuroidea


TUGAS FISIOLOGI HEWAN AIR
“SISTEM PERNAPASAN ECHINODERMATA”

OLEH :
KELOMPOK II
CYECILIA PICAL (2009 – 63 – 028)
LAILA DWITARI TUASIKAL (2009 – 63 – 029)
VINI LANITH (2009 – 63 - 001)
MARDIYATI YOMANOKUAN (2006 – 63 - )
JANTO G SIAHAYA (2009 – 63 - 016)
JERRY AMAHORU (2009 – 63 - 053)

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2011

Pernapasan Echinodermata
Echinodermata berasal dari bahasa Yunani antaral lain Echinus yang  berarti landak dan  derma yang berarti kulit. Jadi echinodermata berarti hewan berkulit duri (spiny skin). Secara umum memiliki ciri yang menonjol yakni radial simetri yang pentamerous serta memiliki skeleton internal (ossicles berkapur atau spicula).
Pernapasan echinodermata sangat bervariasi yakni dengan menggunakan insang kulit (skin gill, dermal branchia, atau papula), kaki tabung, dan respiratory tree (pohon pernapasan). Sistem pernapasan pada 5 kelas utama echinodermata antra lain sebagai berikut:
1.      Kelas Asteroidea, yang melakukan pernapasan dengan menggunakan dermal branchia atau insang kulit.
2.      Kelas Ophiuroidea, pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae.
3.      Kelas Echinoidea, bernapas dengan insang dan kaki tabung (tube feet)
4.      Kelas Crinoidea, bernapas dengan menggunakan permukaan kulit
5.      Kelas Holoturoidea, bernapas dengan menggunakan pohon pernapasan
A.    Kelas Asteroidea
                                Asteroidea bernapas dengan menggunakan dermal branchia atau papula atau insang kulit yang tersebar pada permukaan aboral dan juga disekitar tube feet. Organ respirasi ini memiliki struktur yang tipis, halus, dan menyatu dengan selom. Oksigen terlarut dalam air akan meresap melalui selaput kaki ambulakral, kemudian terdifusi pada permukaan kulit oleh papula lewat gelembung-gelembung insang dan masuk ke selom. Setelah itu selom akan mendistribusi oksigen ke seluruh jaringan tubuh dan mengeluarkan karbondioksida. Karbondioksida juga akan keluar melalui dorongan dinding tubuh atau yang sering disebut papula. Di dalam papula terdapat peritoneum bersilia yang mengakibatkan adanya 2 (dua) saluran sehingga terdapat saluran untuk masuk cairan yang mengandung oksigen dan juga saluran keluarnya karbondioksida
Papulae (dermal branchiae) memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
-     Permukaannya halus (seperti duri lunak)
-     berukuran sangat kecil
-     Berbentuk tonjolan seperti kerucut
-     Juga menyerupai jari-jari
-     Berdinding tipis
         Contoh Spesies :
                           Acantaster planci                                                        Luidia clathrata
                                                                                 Asterina sp

B.    Kelas Ophiuroidea
                                Pada echinodermata kelas ophiuroidea, pertukaran udara dan ekskresi terjadi pada kantong yang disebut bursae.. Pernapasan dilakukan oleh 5 pasang kantong kecil yang bercelah di sekitar mulut, alat ini berhubungan dengan saluran alat reproduksi (gonad). Umumnya ada 10 bursae. Bursae yang terdapat pada Ophiuroidea masing-masing memiliki dua celah (lubang) yang terbagi menjadi bursae inhalant dan bursae exhalant. Meskipun demikian terdapat pula beberapa spesies yang hanya memiliki satu celah yang panjang di samping pangkal lengan.
                                Setiap kantong bursae dilapisi dengan epidermis bersilia. Silia ini akan mengakibatkan pergerakan air yang masuk melalui inhalant bursal silt. Bursae merupakan saluran pernapasan yang berada di permukaan yang menyerap oksigen dan kemudian diteruskan ke coelom perivisceral. Letak coelom perivisceral mengelilingi bursae tersebut. Air kemudian akan keluar melalui bursae exhalant.
Contoh spesies :
                   Ophiomastix variabilis                  Ophiarthrum elegans              Ophioplocus imbricatus

C.     Kelas Echinoidea
                                Organisme yang tergolong kelas echinoidea ada yang bernapas dengan insang namun ada pula yang  bernapas dengan melakukan modifikasi podia pada permukaan aboral atau yang biasanya dikenal dengan istilah kaki tabung (tube feet).  Organisme yang bernapas dengan insang tergolong dalam echinoidea regular. Pada umumnya memiliki 5 pasang insang. Contohnya adalah golongan bulu babi.
                                Echinoidea yang bernapas dengan tube feet tergolong dalam echinoidea irregular. Contohnya seperti sand dollars. Pada proses pernapasan seperti ini, podia petaloid yang biasanya berfungsi dalam membantu pergerakkan kemudian berubah fungsi menjadi organ respirasi. Kaki tabung akan berhubungan dengan petalloids dan membentuk suatu sistem pernapasan. Kaki tabung akan mendorong air sehingga terjadi pertukaran gas yang berlawanan arah dengan sistem vaskular air. Kaki tabung pernafasan bentuknya panjang, rendah, flat (datar) yang terletak pada alur konjugasi membentang dari satu pori ke pori yang lain. tabung memanjang jauh dari permukaan tubuh dan dilengkapi dengan bulu atau rambut yang teratur.
                        Gambar Tube Feet                                          Gambar Struktur tubuh Echinoidea
         Contoh Spesies :
                            Diadema setosum                                               Echinarachnius Parma
D.     Kelas Crinoidea
                                Kelas Crinoidea biasanya dikenal dengan lili laut. Organisme ini bernapas dengan menggunakan permukaan kulit. Crinoidea memanfaatkan tentakel-tentakel pada permukaan kulitnya untuk proses pertukaran gas. Dimana akan terjadi pertukaran antara oksigen dan karbondioksida.
         Contoh spesies :
                                Antedon sp                                                   Oxycomantus bennetti

E.      Kelas Holothuroidea
                                Organisme yang tergolong kelas holothuroidea bernapas dengan menggunakan kaki tabung, dinding tubuh, dan pohon pernapasan (respiratory trees). Teripang merupakan salah satu contoh organisme dari kelas Holothuroidea. Semua jenis Holothuroids menggunakan setidaknya salah satu dari organ-organ ini untuk bernafas
                                Evaginasi internal dari dinding usus posterior membentuk pohon pernapasan (respiratory trees) yang berfungsi sebagai organ pertukaran gas. Pohon pernapasan yang berbentuk seperti cabang-cabang terletak di dekat usus dan anus. Biasanya air dipompa ke anus agar terjadi pertukaran gas. Pohon pernapasan adalah bagian yang unik dari teripang dan tidak ditemukan dalam echinodermata lainnya. Tetapi pohon pernapasan memungkinkan teripang mendapatkan oksigen melalui anus mereka. organisme tidak hanya mengeluarkan limbah dari anus, tapi memperluas dinding otot tubuh dengan irama yang lambat, yang akan mengakibatkan gaya tarik dan mengeluarkan air. Tarikan terhadap air ini akan mengakibatkan penyerapan oksigen, sebaliknya, saat dikeluarkan karbondioksida akan ikut terbuang.
Contoh Spesies :
                             Holothuria scabra                                              Stichopus hermanni
SUMBER :