Kamis, 09 Agustus 2012

Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Secara Tradisional di Kota Ambon


TEKNOLOGI PENGELOLAAN DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN SECARA TRADISIONAL

a.  Pembakaran Sampah Rumah Tangga (Desa Galala, STAIN, Pesisir Desa Poka)
b.  Daur Ulang Sampah Menjadi Pupuk Kompos (RT 02/ RW 003 Kelurahan Uritetu (Tanah
     Tinggi))
c.  Daur Ulang Sampah Kering (BTN Lateri II)

Tidak logis jika kita mengatakan bahwa masyarakat belum memiliki kesadaran dalam pengelolaan limbah guna pengendalian pencemaran. Sebagai manusia yang memiliki akal sehat, kesadaran itu tetap ada. Hanya saja budaya dalam menjaga kondisi lingkungan yang bersih dengan upaya-upaya pengendalian lewat sampah-sampah rumah tangga sejak dini tidak dibina dengan baik. Budaya hidup bersih dalam masyarakat seperti kembang-kempis, tidak meningkat, justru cenderung menurun dari hari ke hari sejalan dengan peningkatan kebutuhan manusia yang juga terus menghasilkan limbah. Padahal kita sendiri telah mengetahui begitu besarnya dampak yang ditimbulkan jika terjadi pencemaran lingkungan.
        Secara umum, masyarakat memiliki beberapa cara atau teknik tradisional dalam mengelola sampah rumah tangga sehingga dapat melakukan pengendalian akan terjadinya pencemaran, antara lain :
        1.  Dibuatnya Selokan Aliran Air Limbah
                      Saat ini hampir pada setiap rumah telah kita temui selokan aliran air limbah yang menjadi jalur mengalirnya limbah cair milik masyarakat. Upaya ini sendiri sangat baik guna mencegah terjadinya aliran limbah cair yang tidak terkontrol di lingkungan masyarakat yang dapat menimbulkan bau busuk.
2.  Tersedianya Tempat Sampah Di Pekarangan Rumah
                            Tempat sampah merupakan media penampungan sampah sementara sehingga sampah milik pribadi maupun masyarakat tidak dibuang ke sembarangan tempat. Bayangkan, jika setiap rumah menyediakan tempat sampah jalanan di pekarangan rumahnya, maka dapat mengurangi jumlah sampah yang berserakan di jalan. Jika sampah-sampah jalanan diletakkan pada tempatnya maka akan mencegah banjir. Karena apabila sampah dibuang ke sembarangan tempat, dikhawatirkan saat hujan nanti sampah-sampah tersebut dapat menghalagi jalannya air pada selokan. Sampah jalanan yang berserakan juga dapat mengurangi nilai estetika dan menghadirkan berbagai wabah penyakit. Selain itu, sampah yang dipilah antara sampah kering dan sampah basah dapat membantu proses pengolahan sampah menjadi suatu produk yang lebih berguna lewat aktivitas daur ulang sampah.
        3.  Pembakaran Sampah
                      Metode ini merupakan cara paling mudah yang dapat dilakukan masyarakat dalam upaya pengendalian pencemaran akibat adanya tumpukan sampah. Metode ini juga tidak membutuhkan biaya yang besar. Masyarakat dapat memanfaatkan pekarangan milik mereka untuk membakar sampah di sekitarnya. Secara berkelompok, masyarakat juga bisa memilih salah satu lokasi yang cocok di lingkungan di lingkungan di mana mereka berada sebagai tempat penampungan sampah sementara dan melakukan proses pembakaran sampah dalam jumlah yang banyak. Sekarang ini juga telah berkembang alat pembakar sampah yang dibuat seefisien mungkin sehingga dapat membantu masyarakat dalam menanggulangi masalah sampah di lingkungan sekitar mereka.
                      Pada dasarnya metode ini memang tidak memberikan suatu dampak penambahan nilai guns dari sampah tersebut. Tetapi harus kita ingat bahwa dengan metode ini kita dapat mengurangi jumlah sampah di lingkungan sehingga mencegah terjadinya pengurangan nilai estetika lingkungan, mencegah terjadinya banjir akibat tumpukan sampah pada selokan air, dan mencegah adanya wabah penyakit bagi warga setempat.
4.  Pemanfaatan Ulang Sampah
                            Saat ini sudut pandang masyarakat belum seutuhnya memandang bahwa sampah adalah barang yang bermanfaat. Padahal jika sudut pandang ini telah dimiliki oleh setiap masyarakat, pengelolaan sampah akan menjadi semakin ringan. Hal ini disebabkan setiap kita merasa penting untuk memanfaatkan sampah yang ada untuk kembali dapat memenuhi keperluan kita. Upaya pengendalian pencemaran dapat dilakukan jika setiap kita dapat memanfaatkan sampah seefisien mungkin guna mengurangi ragam dan jumlahnya yang terus bertambah.
                            Untuk skala pemanfaatan, reusedan recycle banyak ditemukan dalam lingkungan rumah tangga. Reuse atau penggunaan-ulang adalah tindakan memanfaatkan-ulang ’apa adanya’ sebagian atau seluruh sampah atau limbah atau barang-barang bekas lainnya untuk menghasilkan produk/barang lain atau untuk kebutuhan lain yang bermanfaat. Contohnya adalah memanfaatkan botol kemasan ’strawberry jam’ atau ’peanut butter’ untuk wadah pemeliharaan ikan cupang (laga), wadah bumbu dapur, dan sebagainya. Sedangkan recycling atau mendaur-ulang adalah tindakan mendaur-ulang sebagian atau seluruh sampah atau limbah untuk menghasilkan produk/barang lain yang lazimnya berbeda bentuk dan sifatnya dari produk/barang aslinya. Contohnya adalah pendaur-ulangan kertas-kertas bekas untuk menghasilkan kertas seni (artistic paper) atau kertas koran, mendaur sisa makanan menjadi pupuk, dan sebagainya.
                            Efektivitas pelaksanaan minimisasi limbah hanya bisa dicapai apabila disertai dengan perubahan pola pikir masyarakat dalam memperlakukan limbah atau sampah. Peningkatan konsumsi masyarakat akan suatu produk barang, baik dalam ragam maupun jumlah secara alamiah terjadi apabila taraf hidup masyarakat meningkat. Tantangan terbesar adalah bagaimana mengubah pola konsumsi masyarakat yang selama bertahun–tahun telah terbentuk. Selain itu, pola pikir akan pentingnya kebersihan lingkungan guna mencegah terjadinya pencemaran harus menjadi ideology bersama di dalam masyarakat. Jika landasan pikir kita telah menyatu, maka upaya pengelolaan sampah secara terpadu dapat terlaksana dan upaya-upaya pengendalian pencemaran lingkungan  dapat dilakukan dengan baik pula.


Sumber :
http://www.facebook.com/note.php?note_id=359391799026 (Senin, 24 Oktober 2011; Pukul 20.33 WIT)




Aktivitas Pemanfaatan dan Permasalahan Pengelolaan Hutan Mangrove Di Lateri-Passo

Laporan Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan

Aktivitas Pemanfaatan dan Permasalahan Pengelolaan
Hutan Mangrove Di Lateri-Passo


oleh :
CYECILIA PICAL
NIM. 2009 – 63 – 028

 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012




I   PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
           
            Pengelolaan sumberdaya perikanan adalah semua upaya termasuk proses yang terintegrasi dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan yang bertujuan agar sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal dan mencapai kelangsungan produktivitas sumberdaya hayati perairan yang terus menerus (http://id.wikipedia.org/...). Hingga saat ini pendekatan paling umum yang digunakan dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan khususnya yang berhubungan dengan sumberdaya itu sendiri adalah penggunaan konsep Maximum Sustainable Yield (MSY) yang lebih bersifat manajemen spesies tunggal (single species). Selain itu terdapat dua pendekatan lainnya yang dipakai dalam pengelolaan sumberdaya perikanan antara lain pendekatan multi spesies (multi species management) dan manajemen berbasis pendekatan sistem lingkungan (ecosystem approach management).
            Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk dan intensitas pembangunan ekonomi, maka tekanan lingkungan terhadap wilayah pesisir semakin kompleks. Hal ini menyebabkan tantangan pengelolaan wilayah pesisir dan laut juga semakin rumit (Dahuri dkk, 2008). Dalam kenyataannya sekarang ini terjadi penurunan sumberdaya perikanan tertentu seperti lola (Trochus niloticus), kepiting bakau (Scylla seratta), hancurnya ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, ekosistem mangrove dan lainnya yang disebabkan karena keterbatasan manusia dalam pengelolaan sumberdaya secara baik. Mengidentifikasi metode pengelolaan sumberdaya perikanan di lingkungan masyarakat menjadi perlu untuk dapat mengetahui permasalahan pengelolaannya sehingga dapat dibuat arahan pengelolaan yang juga mampu menjawab permasalahan yang ada.

II   TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIKUM

2.1       Tujuan Praktikum
            Praktikum ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1.   Mengamati bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya maupun ekosistem di daerah ekosistem hutan bakau sekitar Lateri-Passo.
2.   Menentukan jenis pendekatan berdasarkan prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya perikanan berdasarkan bentuk pemanfaatan sumberdaya maupun ekosistem di daerah hutan bakau sekitar Lateri-Passo.
3.   Menganalisis permasalahan pengelolaan sumberdaya maupun ekosistem di daerah hutan bakau sekitar Lateri-Passo.
4.   Membuat rekomendasi yang menjadi arahan pengelolaan sumberdaya perikanan di daerah hutan bakau sekitar Lateri-Passo.

1.3       Manfaat Praktikum
            Manfaat yang diperoleh melalui praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.   Terampil mengidentifikasi bentuk-bentuk pemanfaatan sumberdaya serta jenis-jenis pendekatan yang digunakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan.
2.   Dapat menyediakan informasi tentang permasalahan serta arahan pengelolaan sumberdaya maupun ekosistem di daerah hutan bakau sekitar Lateri-Passo.

Download selengkapnya pada ~> Laporan Praktikum Manajemen Sumberdaya Perikanan