TUGAS DASAR-DASAR AKUAKULTUR
“Keunggulan Akuakultur Indonesia”
Disusun oleh :
Kelompok II (MSP)
1. Cyecilia Pical (2009 – 63 – 028)
2. Ferolina Daada (2009 – 63 – 003)
3. Laila Dwitari Tuasikal (2009 – 63 – 029)
4. Corneles F. Taihutu (2009 – 63 – 039)
5. Stephani Ayhuwan (2009 – 63 – 011)
6. Fini Lanith (2009 – 63 – 001)
7. Greaty Ilona Hatulesila (2009 – 63 – 021)
8. Franselvia Kolelsy (2009 – 63 – 051)
9. Rahmawaty (2009 – 63 – 043)
10. Monalisa Lainata (2009 – 63 – 049
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2010
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis naikkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas rahmat dan tuntunan-Nya hingga penulis mampu menyelesaikan penulisan dengan judul “Keunggulan Akuakultur Indonesia”. Penulisan ini membahas mengenai sejumlah komoditas unggulan akuakultur Indonesia yang dimanfaatkan menjadi produk bernilai ekonomis tinggi.
Penulisan ini dapat terselesaikan dengan baik karena adanya bimbingan dari sebagai Dosen Mata Kuliah Dasar-Dasar Akuakultur serta bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu kami menyampaikan terima kasih, semoga Tuhan memberkati.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa penulisan ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak agar dapat melengkapi makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Ambon, 24 November 2010
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akuakultur adalah kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) di lingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit). Sedangkan definisi akuakultur sendiri yakni adanya campur tangan manusia untuk meningkatkan produktifitas perairan demi kegiatan budidaya. Kegiatan budidaya yang dimaksud adalah kegiatan pemeliharaan untuk memperbanyak (reproduksi), menumbuhkan (growth), serta meningkatkan mutu biota akuatik sehingga akan diperoleh keuntungan. Yang dimaksudkan dengan memperoleh keuntungan yakni setiap organisme yang diakuakultur nantinya mampu menjadi komoditas yang akan bernilai ekonomis tinggi dan dapat dimanfaatkan secara baik oleh masyarakat Indonesia maupun diekspor ke negara lainnya.
Komoditas budidaya perairan adalah spesies atau jenis ikan (dalam arti luas) yang diproduksi dalam kegiatan budidaya dan menjadi barang atau produk yang bisa diperdagangkan. Indonesia memiliki berbagai komoditas budidaya perairan yang diunggulkan. Tentunya, peningkatan jumlah komoditas akuakultur Indonesia terus mengalami perkembangan yang sejalan dengan perkembangan teknologi akuakultur dan peningkatan kebutuhan manusia terhadap nilai konsumsi ikan.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk :
1. Mengetahui berbagai keunggulan akuakultur Indonesia,
2. Memenuhi nilai tugas kelompok matakuliah Dasar-Dasar Akuakultur.
C. Metode Penulisan
Dalam penulisan ini penulis menggunakan metode kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati yang cukup besar dan mempunyai tingkat endemisme yang tinggi, lahan yang beraneka ragam, iklim dan cuaca yang bervariasi, sumberdaya manusia yang cukup besar, demikian pula keaneka-ragaman species ikan. Di Indonesia terdapat 45% species ikan dunia, dan dari sekian banyak species tersebut yang belum dibudidayakan masih banyak. Dengan demikian maka pengembangan akuakultur dapat memberikan hasil yang menjanjikan. Seperti diketahui akuakultur merupakan suatu kegiatan untuk memproduksi biota (organisme) akuatik dilingkungan terkontrol dalam rangka mendapatkan keuntungan atau profit.
A. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia memiliki berbagai keunggulan karena disebabkan oleh keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Adapun faktor penyebab keanekaragaman hayati Indonesia yang tinggi antara lain sebagai berikut:
1. Letak atau Posisi Geografis Indonesia yang sangat strategis
Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudera (Pasifik dan Hindia), dikaruniai keanekaragaman hayati yang amat kaya dan khas.
2. Memiliki luas perairan yang lebih besar dibandingkan luas daratan
3. Berada pada daerah beriklim tropis sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah subtropis dan daerah kutub.
B. Keunggulan Komoditas Akuakultur Indonesia
Dilihat dari aspek komditasnya, Indonesia memiliki sejumlah komoditas unggulan akuakultur yang beragam. Komoditas unggulan yang dapat dikembangkan pada kegiatan akuakultur di Indonesia meliputi: Crustacea, Ikan bersirip (fin fish), Rumput laut, Molusca, Echinodermata, Ikan hias dan lainnya.
1. Crustacea
Crustacea yang menjadi komditas akuakultur Indonesia yakni windu, vanamei, udang galah, udang putih, kepiting, rajungan dan udang Cherax. Jenis Crustacea yang telah dlkembangkan selama ini di kenal “luxury lood” dan bernilai ekonomis tinggi antara lain: yang memberikan kontribusi terbesar yaitu + 65% terhadap nilai ekspor nilai hasil perikanan.
Komotoditas akuakultur golongan udang adalah spesies akuakultur yang memiliki karapaks yaitu kulit yang mengandung kitin sehingga bisa mengeras.
Contohnya :
● Udang Windu (Paneos monodon)
● Udang Vanamei (Litopaneus vannamei)
● Udang bru (Panaeus sytlostris)
● Udang putih (Panaeus japonicus)
● Udang cerax (Cherax sp)
● Udang lobster (Homarus sp)
● Udang bakau (Scylla seratta)
● Udang galah crobragh tawar (Macrobrachium rasenbergit)
Pada awalnya jenis udang yang dibudidayakan adalah udang windu yang merupakan indegeneous species Indonesia, setelah mewabahnya penyakit terutama WSSV yang mengakibatkan gagalnya usaha budidaya udang windu, maka di introduksi udang vanamei (th.2000) dan rostris (th.2001) dari Hawaii.
Untuk mengembangkan usaha budidaya udang kedepan, upaya yang dilakukan antara lain: revitalisasi tambak intensif, dengan udang vanamei seluas 700 ha, dengan produktivitas 30 ton/ha/tahun, revitalisasi tambak tradisional seluas 140.000 ha (40% dari tambak tradisional) dengan produktivitas: 600 – 700 kg/ha/tahun, impor vanamei SPF/SPR, pengembangan induk SPF vanamei dalam negeri, revitalisasi backyard hatchery (hatchery skala rumah tangga), penerapan sertifikasi, pengembangan laboratorium, dan pengembangan sarana/prasarana. Sentra pengembangan udang, terutama untuk windu dan vanamei adalah: NAD, Sumut, Lampung, Sumsel, Jabar, Jateng, Jatim, Kalbar, Kalsel, Sulsel, dan NTB.
2. Ikan Bersirip (Fin Fish)
Ikan bersirip yang merupakan komoditas unggulan akuakultur Indonesia antara lain ikan kerapu, napoleon, ikan bandeng (Chanos chanos) , ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niliticus), ikan lele (Clarias sp) , ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan patin (Pangosius sp). Sebagian besar teknologi pembenihan dan pembesaran ikan bersirip sudah dikuasai dengan baik, termasuk dua species kerapu yaitu kerapu macan dan bebek, yang telah berkembang di beberapa propinsi untuk skala besar, menengah maupun skala kecil.
a. Ikan Kerapu
Upaya yang telah dilakukan dalam pengembangan budidaya kerapu telah dilakukan antara lain melalui: pengembangan program INBUDKAN, diseminasi teknologi, pengembangan National Broodstock Center (NBC) Kerapu, dan Balai Benih Ikan Pantai (BBIP), dengan daerah sentra pengembangan utama: Lampung, Kep. Riau, Babel, NTB, Bali, Sulteng, Sultera, Maluku dan Papua.
b. Ikan Nila
Komoditas Nila merupakan jenis yang mudah dibudidayakan, baik di kolam, karamba, KJA maupun sawah. Selain mampu memenuhi kebutuhan lokal, nila merupakan komoditas ekspor yang semakin hari semakin meningkat permintaannya. Akan tetapi budidaya komoditas ini menghadapi kendala dalam pengadaan induknya. Untuk itu, pemerintah telah berupaya dengan mengembangkan Program INBUD Nila dan BUPEDES, desiminasi teknologi, dan pengembangan NBC Nila, sertifikasi benih dan pengembangan Balai Benih Ikan Sentral/Lokal. Sentra pengembangan utama nila adalah: Sumbar, Sumut, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Jateng, Jatim, Kalsel, dan Sulut.
c. Ikan Patin
Jenis komoditas air tawar lainnya yang mudah dibudidayakan adalah Patin, bahkan jenis ini bisa dibudidayakan dilahan marjinal. Sedangkan permintaan pasar untuk patin saat ini cukup menjanjikan, terutama pasar lokal. Sentra pengembangan patin meliputi: Riau, Jambi, Sumsel, Lampung, Jabar, Kalbar, Kalteng, Kalsel, dan Kaltim.
d. Ikan Lele
Demikian pula Lele, budidaya lele sudah sangat membudaya di masyarakat Indonesia. Namun permasalahan pokok yang dihadapi dalam budidaya jenis ini adalah kurangnya penyediaan benih yang bermutu. Untuk itu dilakukan upaya pengembangannya melalui: Program Budidaya di Pedesaan (BUPEDES), pemuliaan induk, pemanfaatan lahan marjinal dan pengembangan BBI/Unit Pembenihan Rakyat (UPR). Sentra pengembangan lele meliputi daerah: Sumut, Riau, Sumsel, Lampung, DKI Jakarta, Banten, Jabar, Jateng, DI Yogyakarta, dan Jatim.
e. Ikan Gurame
Gurame merupakan komoditas air tawar yang mempunyai segmen pasar dan harga yang cukup tinggi. Meskipun masa pemeliharaannya cukup lama, tetapi usaha budidaya gurame cukup menguntungkan. Apalagi dengan berkembangnya segmen-segmen usaha dari mulai pemeliharaan larva, pendederan, dan pembesaran, yang dapat mempersingkat periode usaha.
f. Ikan Bandeng
Jenis ikan bersirip yang secara tradisional telah dikenal sejak lama adalah Bandeng, pada awalnya bandeng hanya mengandalkan benih dari alam, tetapi sejak akhir tahun 1990-an, benih bandeng sudah bisa dipasok dari hasil usaha pembenihan (hatchery). Ikan selain untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, juga dibutuhkan untuk dimanfaatkan sebagai umpan dalam penangkapan tuna di laut, dan dalam beberapa tahun terakhir ini bandeng sudah menjadi komoditas ekspor, terutama dalam bentuk bandeng tanpa tulang/duri. Oleh karena itu ke depan bandeng mempunyai prospek yang lebih baik. Sentra pengembangan bandeng meliputi: NAD, Jabar Jateng, Jatim, Banten, NTB, Sulsel, Sultra, dan Kaltim.
g. Ikan Kakap
Lain halnya dengan ikan kakap, yang merupakan komoditas ikan laut yang mempunyai nilai ekonomis tinggi, meskipun lebih rendah dari pada kerapu, tetapi pembudidayaannya relatif murah. Belum cukup besarnya perkembangan budidaya kakap lebih banyak disebabkan oleh akses pasar ekspor yang masih terbatas. Pengembangan budidaya kakap banyak dilakukan di karamba di muara sungai, KJA di perairan pantai clan di tambak, dengan sentra utama di Riau dan Kep. Riau.
3. Rumput Laut
Rumput Laut pengembangannya mempunyai prospek yang cukup baik, di samping potensi sumberdaya yang cukup besar, dengan beberapa faktor pendukung lainnya: teknologi budidaya yang sangat sederhana, modal kecil, dapat dimassalkan, periode pemeliharaan singkat (45 hari), permintaan pasar besar, menyerap tenaga kerja, produk olahan yang beragam. Sentra pengembangan meliputi: Kep Riau, Lampung, DKI Jakarta, Banten Jabar, Bali, NTT, NTB, Kalsel, Kaltim, Sulut, Sulsel, Sulteng, Sultera, Maluku, Maluku Utara dan Papua.
Contoh komoditas unggulan dari golongan rumput laut Indonesia ini sendiri yakni Euchema cottonii dan Gracilaria sp.
4. Mollusca
Beberapa jenis Mollusca yang sering dijumpai seperti kerang-kerangan, tiram mutiara (Pinctada maxima), abalone (Holiothis sp). Jenis kerang-kerangan yang dikembangkan antara lain kerang dara (Anadara granulosa), kerang hijau (Perna viridis), abalone (Haliotis sp). Ketiga jenis kerang tersebut mempunyai nilai ekonomis tinggi, bahkan abalone harga ekspornya bisa mencapai US$25.-/kg. Upaya pengembangannya telah dilakukan melalui Program BUPEDES, penetapan daerah reservat, pemantauan mutu lingkungan, penerapan budidaya higienis, dan depurasi. Daerah sentra pengembangan adalah di Sumut, Riau, Kep. Riau, Jambi Babel, DKI, Banten, Jatim, NTB, Sulsel, Maluku dan Papua.
Tiram mutiara telah banyak berkembang terutama di Indonesia Timur. Permasalahan yang dihadapi dalam budidaya mutiara ini umumnya berkaitan dengan keamanan, khususnya sejak terjadinya krisis ekonomi yang banyak menimbulkan pengangguran dan kerawanan sosial lainnya.
5. Echinodermata
Golongan echinodermata adalah spesies akuakultur yang memiliki kulit berduri dan berfungsi sebagai alat penggerak.
Contohnya : Teripang (Holothuria sp)
6. Ikan Hias
Ikan Hias juga mempunyai peluang yang besar, baik untuk pasar lokal maupun ekspor, dan kelebihan ikan hias adalah dapat diusahakan dalam skala besar maupun skala rumah tangga, perputaran modal yang relatif cepat. Karena sifatnya yang demikian, maka usaha ikan hias mampu menyerap tenaga kerja di mana saja, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Jenis yang berpotensi untuk dikembangkan adalah; botia, arwana, koi, discus, koki, kuda laut. Bagi komoditas kuda laut, teknologi budidayanya telah berhasil dilakukan, akan tetapi belum berkembang di masyarakat, selain karena populasi di alam masih cukup banyak juga karena masih tergantung pada pakan alami yang penyediaannya masih terbatas, sehingga sulit untuk dilakukan secara masal. Namun demikian kuda laut memiliki pasar domestik maupun ekspor, serta berpeluang menjadi komoditas alternatif dalam upaya diversifikasi usaha budidaya. Daerah sentra ikan hias meliputi: Jambi, Sumsel, DKI Jakarta, Jatim, Jabar, DI Yogyakarta, Kalbar, Kalsel, Sulsel, dan Papua.
6. Beberapa Komoditas Lain
Komoditas lainnya yang berpeluang untuk diusahakan adalah kodok lembu dan labi-labi. Untuk mendorong berkembangnya usaha dua komoditas ini akan digalakkan sosialisasi clan pembinaan dengan dukungan modal dan pendampingan teknologi ke daerah-daerah yang cocok untuk komoditas ini, yaitu: Sumut, Jambi, Sumsel, Sulut, DKI Jakarta, Jatim, Jabar, DI Yogyakarta, Kalbar, Kalsel, dan Sulsel.
C. Dampak Keuanggulan Akuakultur Indonesia
Keunggulan akuakultur Indonesia juga turut memberikan dampak bagi bangsa Indonesia dalam beberapa aspek. Dampak yang terlihat ada yang positif namun ada juga dampak negatifnya.
● Dampak Positif Keuanggulan Akuakultur Indonesia, antara lain :
a. Menambah sumber devisa negara dari sektor perikanan karena Indonesia memiliki berbagai komoditas unggulan akuakultur yang diekspor ke berbagai negara lainnya seperti Thailand dan Filipina.
b. Menjadi Negara pengekspor bahan baku berbagai produk lewat ekspor rumput laut.
c. Lewat sejumlah biota laut yang dibudidaya dapat dimanfaatkan sebagai sarana rekreasi. Contohnya yaitu Seaworld di Ancol.
d. Lewat kegiatan akuakultur, kesempatan terbukanya lapangan pekerjaan demi meningkatnya taraf hidup nelayan akan semakin meningkat.
● Dampak Negatif dari Keuanggulan Akuakultur Indonesia
Selain dampak positif yang banyak dirasakan lewat akuakultur Indonesia yang semakin hari semakin meningkat, terdapat pula dampak negatif yang juga dapat berakibat buruk bagi dunia perikanan Indonesia. Banyaknya permintaan terhadap berbagai komoditas unggulan akuakultur Indonesia dapat mengakibatkan adanya over eksploitasi terhadap stock atau jumlah ketersediaan sumberdaya di perairan. Jika proses pemanfaatan sumberdaya tidak dikelola secara baik maka dampak terburuk yang akan terjadi yaitu kepunahan spesies-spesies yang secara terus-menerus dimanfaatkan (ditangkap).
D. Perkembangan Akuakultur Indonesia
Akuakultur Indonesia dari tahun ke tahun terus mengalami perkembangan. Hal ini dapat dilihat melalui orientasi berpikir masyarakat yang sudah mulai tertuju kepada pola pengembangan industri perikanan. Sekarang ini banyak sekali orang melakukan kegiatan akuakultur baik dari skala kecil sampai kepada skala yang besar. Selain itu, berbagai sumberdaya laut dimanfaatkan menjadi berbagai produk-produk bernilai ekonomis tinggi yang sangat berguna bagi kehidupan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi sehingga mendorong Indonesia memiliki sejumlah komoditas unggulan akuakultur seperti :
► Golongan Crustasea
Contohnya :
● Udang Windu (Paneos monodon)
● Udang Vanamei (Litopaneus vannamei)
● Udang bru (Panaeus sytlostris)
● Udang putih (Panaeus japonicus)
● Udang cerax (Cherax sp)
● Udang lobster (Homarus sp)
● Udang bakau (Scylla seratta)
● Udang galah crobragh tawar (Macrobrachium rasenbergit)
► Golongan Ikan bersirip (Fin fish)
Contohnya Ikan kerapu, napoleon, ikan bandeng (Chanos chanos) , ikan mas (Cyprinus carpio), ikan nila (Oreochromis niliticus), ikan lele (Clarias sp) , ikan gurami (Osphronemus gouramy), ikan patin (Pangosius sp).
► Golongan Mollusca
Cotohnya kerang-kerangan antara lain kerang dara (Anadara granulosa), kerang hijau (Perna viridis) , tiram mutiara (Pinctada maxima), abalone (Holiothis sp).
► Golongan Echinodermata
Contohnya : Teripang (Holothuria sp)
► Golonga Ikan Hias
B. Saran
Melalui penulisan ini dapat disarankan agar kita dapat sama-sama mengelolah serta menjaga kualitas sumberdaya perairan yang ada ditengah-tengah pemanfaatannya yang semakin hari kian meningkat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar